Senin, 23 Februari 2015

Urusan Ranjang Bisa Mempengaruhi 70% Keseimbangan Hidup

Urusan Ranjang Bisa Mempengaruhi 70% Keseimbangan Hidup



Kebutuhan biologis memang jadi urusan wajib bagi pasangan suami-istri. Karena itu, jangan sampai pasanganmu mengalami disfungsi ereksi, yang ternyata berpengaruh besar untuk kehidupan sehari-hari.

Kalau sudah memasuki urusan ‘bed scene’ rasanya memang malu untuk berbagi, sekalipun masalah itu dibagi ke para ahlinya, seperti ke dokter spesialis atau psikolog seks. Hal ini terbukti dari sebuah survey yang dilakukan di tahun 2013 lalu. Data tersebut menyebutkan bahwa 59% pria yang mengalami disfungsi ereksi  merasa kurang nyaman dan bahkan tidak mau berbicara atau berkonsultasi  dengan dokter.

Ya, masalah seksual ternyata memang cukup banyak dialami oleh beberapa laki-laki, salah satunya adalah masalah disfungsi ereksi. Ditemui oleh Fimela Family, dr. Heru H. Oenteong, M.Repro, Sp.And, FIAS, FECSM, seorang dokter spesialis Andrologi, menjelaskan bahwa disfungsi ereksi adalah kondisi di mana terdapat ketidakmampuan alat vital laki-laki untuk mencapai dan mempertahankan kondisi ereksi untuk melakukan hubungan seksual secara maksimal. Sayangnya, “Sebagian besar laki-laki di Indonesia tidak sadar kalau mereka mengalami disfungsi ereksi ringan, di mana penis bisa berfungsi, namun tidak mampu bekerja secara optimal,” jelasnya.

Padahal, tidak hanya berpengaruh besar pada keharmonisan rumah tangga, penelitian juga membuktikan bahwa hubungan seksual yang memuaskan cukup berperan penting untuk menyeimbangkan hidup kita. Hal ini pun diperkuat dengan pernyataan dari Zoya Amirin, seorang psikolog seks.

“Kalau kita memiliki masalah di luar masalah seksual, keseimbangan hidup kita akan terganggu sebanyak 30% hingga 40%. Tetapi, kalau sudah punya masalah yang berkaitan dengan seksual, keseimbangan hidup kita bisa terganggu hingga 60% sampai 70%, lho!” kata Zoya. Ia juga menjelaskan, bahwa hal tersebut bisa memengaruhi psikologis kita, seperti sering bergosip di kantor, mudah marah, atau mengganggu orang lain.

“Masalah disfungsi ereksi yang dialami pria ini tidak jarang menyebabkan depresi dan menyebabkan stres, baik untuk pribadi yang mengalami, maupun dalam hubungan interpersonal. Memahami tingkat kepuasan seksual masing-masing pasangan ini sangat penting karena kepuasan seksual mampu memengaruhi kualitas hidup dalam menjalani aktivitas sehari-hari,” jelas Zoya kepada InfoPokerOnline.

Sementara dr. Heru H Eonteong menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan seorang pria mengalami disfungsi ereksi, seperti adanya masalah pembuluh darah. “Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke penis jadi tidak normal, sehingga menyebabkan dirinya mengalami disfungsi ereksi.”

Masalah lainnya adalah masalah hormonal. Biasanya ini disebabkan oleh faktor usia, penyakit kronis karena kencing manis, mengonsumsi obat-obat tertentu, dan masalah persyarafan, seperti misalnya saraf tulang punggungnya yang robek. Tidak lupa, kebiasaan menjalani gaya hidup yang tidak sehat, seperti malas bergerak, juga bisa menjadi penyebab laki-laki mengalami disfungsi ereksi.

Untungnya, dr. Heru H Eonteong menjelaskan kalau masalah disfungsi ereksi pada laki-laki bisa disembuhkan. “Bisa disembuhkan, asal diketahui penyebabnya. Itulah mengapa memeriksakan diri ke dokter atau konsultasi ke ahlinya diperlukan, karena jika kami sudah tahu penyebabnya, ahli medis dan psikolog bisa menyembuhkan,” tutup dr. Heru H Eonteong.

0 komentar:

Posting Komentar