Kisah ini terjadi sekitar awal dimulainya perhitungan tahun Masehi, saat itu di wilayah Mediterania, tepatnya di Pegunungan Ararat hiduplah seorang pemuda dari bangsa Het yang masih lajang nan jangkung bernama Valeguclu Yakisikli. Aktifitas keseharian Vale adalah berburu dan memancing, serta menebang kayu, tak heran bila tubuhnya yang berkulit sawo matang nampak atletis dan berotot. Wajahnya yang kelimis, dengan hidung mancung dan warna biru bola matanya serta rambut hitam yang ikal sungguh menyempurnakan pesonanya yang tampan rupawan.
Meskipun demikian, Vale memiliki sifat pemalu yang sungguh luarbiasa, terlebih bila bertemu dengan lawan jenis, maka sudah dipastikan kepalanya akan selalu menunduk, tak sanggup mengangkat pandangannya, apalagi bertatap mata dengan lawan jenis. Akan tetapi, bila bertemu sesama lelaki, maka keramahan dan seyumannya yang ramah akan muncul spontan tanpa direkayasa, namun begitu Vale sangat tidak suka akan kezaliman dan segala hal yang berbau kejahatan.
Pada suatu waktu Vale melakukan perjalanan untuk menjual hasil buruannya ke Kota Pelabuhan Izmir untuk menjual hasil buruannya, tepatnya pada tanggal 14 Februari. Di pelabuhan yang ramai dengan kapal itu, Vale melihat ada keributan yang terjadi, nampak olehnya seorang wanita berpakaian merah muda, berambut pirang panjang sebahu sedang dikerumuni oleh beberapa lelaki. Rupanya lelaki itu adalah preman-preman pelabuhan yang sedang berusaha merampok sang wanita yang cantik jelita itu. Tak seorang pun di pelabuhan tersebut yang berani menolong wanita tersebut, karena mereka mengetahui bagaimana kejamnya para preman tersebut bila membalas dendam.
Melihat hal tersebut membuat Vale menjadi emosi, tanpa basa basi lagi dia langsung melabrak para preman tersebut. membuat mereka berlarian tunggang langgang tak mampu melawan amukan Vale. Sang wanita sangat berterimakasih atas pertolongan Vale, dan memperkenalkan dirinya sebagai Tine Belle Gracieux, seorang putri bangsawan dari Perancis. Hari itu kapalnya baru sandar di pelabuhan Izmir, ia datang bersama rombongan dan ayahnya yang bernama Imperiux Le Grande, dan ia terlepas dari rombongan hingga tersesat dan bertemu dengan gerombolan preman tadi.
Meskipun pertemuan itu hanya sekilas, dan Vale senantiasa menundukkan wajahnya saat berbicara dengan Tine, namun meninggalkan kesan yang begitu cetar membahana, membangkitkan bunga-bunga cinta di dalam hati mereka. Komunikasi antara mereka berdua pun berlangsung secara kontinue, demi memuaskan kerinduan dan memadu kasih. Berhubung saat itu belum ada tehnology berupa Handphone, SMS, Twitter dan Facebook, maka mereka pun berkomunikasi hanya melalui surat atau pesan yang dibawah oleh burung merpati pos, dan itu berlangsung secara rahasia.
Hingga suatu waktu, Tine dilamar oleh seorang ksatria Perancis bernama L’envi le Jaloux, namun ditolak mentah-mentah. L’envi pun merasa kecewa dan mencari tahu apa penyebab hingga lamarannya tidak diterima. Melalui telik sandi-nya akhirnya terkuaklah hubungan rahasia antara Tine dan Vale. Segeralah L’envi melaporkan hal tersebut kepada ayah Tine, maka murkalah ayahnya saat mengetahui bahwa anaknya berhubungan dengan seorang pemburu dari Mediterania bernama Valeguclu Yakisikli. Segala upaya pun akhirnya dilakukan untuk memporakporandakan hubungan dua insan yang sedang dimabuk asmara itu.
L’envi kemudian menghubungi koleganya di wilayah Mediterania, dan dengan bantuan mereka akhirnya Vale dipanggil untuk menjalani wajib militer, apalagi pada saat itu wilayah Mediterania sedang menghadapi ancaman peperangan dengan kerajaan Romawi. Berkat lobi dan arahan licik dari L’envi, Vale diangkat menjadi salah satu panglima pasukan dan dikirim ke garis depan di Karkhemish, untuk menghadapi serbuan tentara Romawi. Melalui sahabatnya bernama Hain Arkadas, Vale menitip surat, pamitan kepada Tine yang berdiam di Anatolia, hendak pergi berjuang di medan perang demi membela negara.
Sejak Vale pergi berperang, L’envi mengatur trik yang sangat licik, dengan mengabarkan seolah-olah Vale sudah tewas dalam pertempuran. Surat dan utusan datang silih berganti memberitakan kabar kematian Vale kepada Tine yang terus memantau perkembangan kekasihnya selama berperang. Namun tak satupun kabar itu yang dipercaya oleh Tine, hingga akhirnya datanglah kabar dari salah seorang sahabat Vale, yaitu Hain Arkadas, yang memberitahukan bahwa Vale sudah tewas dalam pertempuran. Mendengar hal itu, mau tak mau Tine akhirnya percaya, karena ia juga kenal dengan sahabat Vale tersebut. Padahal Tine tak tahu, bahwa agar mau menghianati sahabatnya Vale, Hain itu sudah dibayar oleh L’envi
Mendengar kabar kematian kekasihnya, Tine pun dirundung kesedihan yang luarbiasa. Berhari-hari ia tak mau makan dan minum, semangat kehidupan sudah tak ada lagi dalam dirinya. L’envi pun tak mengira, betapa besar cinta Tine kepada Vale, tak makan berhari-hari menjadikan tubuh Tine kurus kering, hingga akhirnya kematian datang menjemputnya. Semakin kecewalah L'envi, karena tak bisa mendapatkan cinta Tine, jangankan cinta, bahkan tubuh Tine pun tak bisa didapatnya.
Beberapa waktu kemudian, Vale pulang kembali dari pertempuran bersama pasukannya dengan membawa kemenangan. Dengan diiringi sorak sorai kemenangan pasukannya, Vale pun hendak menemui Tine di Anatolia, sekaligus akan meminangnya. Namun bukanlah kekasihnya yang datang menjemputnya dengan gembira, bukan pula suara kerinduan dua hati yang terdengar, melainkan jazad kekasihnya yang membeku terlihat oleh kedua mata Vale, kekasih hatinya telah pergi mendahuluinya. Vale hanya bisa memeluk jazad kekasihnya yang berbalut kain merah muda.
Lunglai tubuh Vale disebabkan kematian Tine, tak ada lagi harapannya, tak ada lagi impiannya, semua menjadi musnah sia-sia. Dengan semangat hidup yang sudah sirna, Vale menyobek kain yang dikenakan jazad kekasihnya dan mengalungkannya di lehernya. Lalu ia pun memutuskan kembali ke garis depan di Kharkemish, kembali ke medan perang, menuntut kematian dirinya dengan berperang melawan pasukan musuh.
Di tengah medan perang, Vale mengamuk habis-habisan, tak ada satu orang musuh pun yang dapat menyentuhnya. Ratusan musuh mati terkapar bermandikan darah terkena sabetan pedang Vale, hingga akhirnya ribuan anak panah tentara Romawi diarahkan ke tubuh Vale. Dengan suka cita Vale membusungkan dadanya menyambut hujan anak panah tersebut, hingga akhirnya Vale pun tewas secara heroik dengan ratusan anak panah tertancap ditubuhnya.
Hikayat Vale dan Tine akhirnya menjadi buah bibir di seluruh wilayah Mediterania, semua bertutur tentang kisah heroik Vale di medan perang, dan cinta Tine yang abadi dan setia, serta kisah kasih Vale dan Tine yang tak sampai. Saking seringnya kisah ini dikisahkan secara turun temurun, semuanya bertutur tentang Vale dan Tine, hingga akhirnya untuk mengenang kisah abadi mereka yang melegenda, maka cerita ini disebut sebagai kisah Valetine, gabungan dari Vale dan Tine, kalau dalam bahasa Inggris ditulis Vale "n" Tine.
Dan tanggal 14 Februari, saat pertemuan perdana kedua kekasih itu dijadikan sebagai hari peringatan Valentine, hari kasih sayang seluruh dunia hingga saat ini. Demikianlah kisah cinta Vale dan Tine menjadi asal usul Valentine Day sedunia, salah satu kisah cinta abadi di antara sekian banyak cerita yang menginspirasi lahirnya Hari Valentine yang kita pernah ketahui dan kita dengar serta kita baca selama ini.
Lalu bagaimana dengan nasib dan kisah L’envi le Jaloux, dari kisah-kisah yang terdengar, konon kabarnya karena rasa kecewa yang begitu berat dan trauma cintanya yang tertolak, akhirnya dia kembali ke Perancis dan hidup membujang hingga akhir hayatnya.
(Original Link from : http://hariyantowijoyo.blogspot.com/2015/02/Kisah-Cinta-Vale-dan-Tine-Menjadi-Asal-Usul-Valentine-Day.html#ixzz3Rk3eUky7
Terimakasih, karena anda tidak menghapus sumber dan link asli artikel ini. )